be different be YOUnique

Wednesday 15 April 2020

Gender Equalities

Sedikit kisahku tentang kemarin kerja di pabrik otomotif. Ya, namanya juga otomotif, pasti identik dengan gender "Laki-laki". Benar saja, dalam pabrik tersebut yang perempuan hanya 2 orang termasuk aku. Disitu aku beradaptasi bagaimana rasanya menjadi Laki-laki. Mulai dari memasuki pikiran mereka sampai kebiasaan mereka. Apa yang di persepsikan laki-laki memang belum tentu sama dengan perempuan, yah memang karena struktur otaknya berbeda. Berbeda itu memang tidak sama, namun bukan berarti tidak bisa setara.

Contoh kecil seperti laki-laki lebih banyak bekerja menggunakan fisik, tidak dengan perempuan.
Berbeda? Pasti.

Setara? Bisa jadi.

Lah, bagaimana bisa yang laki-laki kerja capek sedangkan wanita tidak, bisa dikatakan setara?

Nah, gini. Tidak bisa kita pukul rata akan satu pandangan saja. Bisa kita katakan setara apabila sesuai dengan kapabilitasnya. Sesuai kodratnya memang struktur otak, hormonal, fisik, dan mental laki-laki dan perempuan itu beda, pastinya implikasi pada kekuatan fisik pun juga berbeda. Disinilah kesetaraan gender diperlukan atau paham Feminisme itu sendiri

Tapi tidak berarti perempuan tidak boleh bekerja kasar,

Boleh, namun tahu kapasitas diri karena secara kodrat dan biologis memang tidak sekuat fisik laki-laki.

Lantas apa yang menjadikan setara?

Kemampuan Kognitif.

Manusia di bekali akal oleh Allah dimana kita bisa tahu tanggung jawab, strategis dalam berfikir, dari situ kita juga mampu menyampaikan pendapat secara adil baik perempuan maupun laki-laki.

Nyambung lagi ke topik Equalities ini. Banyak bertebaran paham Feminisme kalau lagi membahas ini. Pastinya banyak yang Pro, namun kontra adalah keniscayaan. Terkait kontra feminisme ini kita bisa lihat gerakan anti feminisme biasanya dari golongan yang beragama Islam. Gerakan tersebut mendeklarasi kalau feminisme bukan bagian dari islam.

Wait, memang iya?

Jika kita melihat dari sejarah, sebenarnya kita mempunya contoh wanita feminis itu sendiri.
Ingatkah engkau akan Ummahatul Mu'minin (Ibu bagi orang-orang yang beriman) bernama Khadijah RA dan Aisyah RA? Beliau adalah istri kesayangan Rasul kita Nabi Muhammad SAW.

Khadijah sebagai businesswoman tangguh ini dikatakan feminis pertama yang beragama Islam. Beliau adalah istri pertama yang sangat dicintai Rasulullah SAW. Khadijah identik dengan karakter mandiri, berjiwa kepemimpinan, berani, tegas, dan mampu mencari nafkah dengan cerdas dimana karakter-karakter ini melekat pada karakter laki-laki bagi golongan patriarki. Begitu pula dengan Aisyah RA, wanita cerdas ini sangat kritis dan argumentativ terhadap pemahaman patriarkis sahabat-sahabat Rasulullah SAW.

Lantas, apa sebab merebaknya golongan Anti-Feminis pada golongan yang mayoritas muslimah ini?

Dalam hal kepemimpinan.

Sebagaimana kita ketahui, dalam apapun itu kita membutuhkan seorang pemimpin untuk mengatur, mengkoordinasi, bertanggung jawab atas suatu hal agar berjalan sesuai tujuan yang diinginkan termasuk kita memimpin atas diri kita sendiri. Ini untuk skala kecilnya ya, untuk skala lebih besar di dalam suatu keluarga. Perempuan juga pemimpin atas hiruk pikuk manajemen suatu rumah dari keuangan, pendidikan anak, kebersihan rumah, dan lain sebagainya. Peran suami disini adalah bertanggung jawab atas peran istri dalam rumah tangga. Yang artinya segala yang dilakukan istri, suami wajib untuk membantu dan membangun, yah namanya juga tanggung jawab suami lebih besar dari sang istri kan sebagai pemimpin rumah tangga?
Lanjut lagi pandangan yang lebih luas dari keluarga, yaitu bermasyarakat. Memang Suami mempunyai peran mencari nafkah, tapi tidak menutup kemungkinan istri mencari untuk keluarganya, entah untuk tambahan uang bulanan maupun ketika ditinggal wafat oleh sang suami. Disini titik feminisme harus ditegakkan. Perempuan berhak untuk bertanggung jawab, memimpin dan mendapatkan hak kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam urusan pekerjaan.

Karena apa salahnya dengan perempuan berdikari atas finansialnya dan perkembangan kapabilitasnya?
Yang salah adalah Faham Patriarki. Dimana Laki-laki merasa lebih superior daripada perempuan.


Perempuan dan Laki-Laki bagaikan Yin dan Yang
Setara. Berbeda tapi saling melengkapi
Share:

2 comments:

  1. Terima kasih kak. Tulisannya sangat informatif😊. Ya terkadang memang sering kali anggapan setara itu sama persis dengan apa yang dilakukan laki-laki. Padahal kan bukan begitu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama Kak, Terimakasih ya sudah mampir ! 😄
      semoga bisa menjadi ladang diskusi termasuk sama kakak disini ! 😄

      Iya Kak, setuju banget, memang perlu banyak edukasi ke masyarakat luas tentang pentingnya kesetaraan gender agar tidak menimbulkan salah paham ya Kak, ehehe

      Delete

Popular Posts

Friends

About Me

My photo
Surakarta, Mid Java, Indonesia

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Menjadi Wanita Merdeka 4.0 dengan Menulis

Categories