be different be YOUnique

Friday 19 June 2020

Manfaat Menulis Untuk Dirimu Versi Lebih Baik

Sebenarnya ini bukanlah tulisan pertamaku di bulan ini. Ingin aku post tulisanku kemarin di blog “diamonda” ini namun apalah daya, tulisanku bukan menjadi hak milikku. Sedikit cerita aku mencoba menulis di akun-akun freelance. Hasilnya adalah nihil. Aku belum berhasil. Namun itu bukan menjadi alasanku berhenti menulis. Aku memang harus banyak belajar lagi soal kepenulisan yang baru aku pelajari beberapa bulan belakangan. Belajar tentang cara menulis artikel yang baik sampai ke artikel SEO, copywriting, content writing, creative writing, dan lainnya yang menjadi istilah dan ilmu baru buatku. 

Ceritaku tentang menulis, sebenarnya ingin aku tekuni sejak kuliah. Namun karena ke-sok sibuk-an ku, aku belum bisa terjun ke dunia ini. Ingin aku buat blog yang isinya tentang tema apa yang ingin aku diskusikan, bahan apa yang grundel di pikiranku, dan beberapa kisah hidupku. Pada akhirnya blog yang aku maksud baru pecah telur tahun ini. Tujuanku menulis karena setahuku menulis dapat meningkatkan kemampuan berfikir, meningkatkan kesehatan mental bahkan fisik. 



Satu artikel yang aku lansir dari penulis bernama M Cecil Smith, Ph.D. di Northern Illinois University, ada banyak hal manfaat menulis yang mendasari kenapa aku membuat blog “diamonda” ini, diantaranya adalah :

Meningkatkan Kemampuan Berfikir
Kemampuan berfikir ini meliputi banyak hal juga. Hal yang mendasari karena menulis adalah sarana “connect the dots in their knowledge”. Penjabarannya meliputi :
1. Meningkatkan kemampuan berfikir
2. Meningkatkan kreativitas
3. Meningkatkan kemampuan mengingat sesuatu
4. Meningkatkan kemampuan kognitif
5. Meningkatkan kemampuan fokus
6. Meningkatkan kemampuan perencanaan ke masa depan
7. Sebagai sarana evaluasi pengalaman di masa lalu

Ketika kita menulis suatu topik, kita akan mengaktifkan kemampuan-kemampuan diatas, merangkainya menjadi kesatuan utuh menjadi tulisan. Seperti apa yang aku tulis saat ini. Fikiranku diasah cara berfikirnya. Karena memikirkan kerangka menulis dari prolog sampai ending, merangkai kalimat per kalimat yang tepat hingga dapat meningkatkan kreativitas. Aku juga harus fokus menulis agar tidak salah tangkap ke pembaca. Selain itu aku juga merefleksikan pengalamanku di masa lalu dan keinginanku di masa depan dengan menulis.

Membuatmu Merasa Lebih Baik
Disini kita bisa lihat 2 aspek yaitu dari fisik dan mental. Ada penelitian tentang ”Therapeutic Writing” atau “Writing Therapy” ini yang positif dapat menyembuhkan penyakit fisik dan emosional.
Ini termasuk tulisan “Expressive Writing” yaitu mengekspresikan perasaan dan pikiran lewat tulisan yang membuat stres dengan tidak memikirkan ejaan, tata bahasa, dan lainnya. Menulis ini memiliki beberapa manfaat diantaranya :
1. Menyembuhkan luka emosional 
2. Membantu proses adaptasi ke lingkungan baru 
3. Mengurangi rasa cemas dan depresi

Untuk Therapeutic Writing ini sebenarnya sangat mudah untuk dilakukan. Modalnya pun cukup mudah, hanya waktu, alat tulis, kemauan dan kemampuan. Dari laman www.pijarpsikologi.com walaupun expressive writing ini cukup mudah, namun tetap ada teknis dan tatacara nya agar terapi ini lebih efektif yang meliputi :
1. Menyiapkan waktu dan tempat yang nyaman untuk menulis
2. Menulis dengan durasi bertahap yang dilakukan konsisten selama berhari-hari
3. Menuliskan perasaan dan pemikiran mendalam yang dirasakan. Bisa meliputi kejadian traumatis maupun keinginan masa depan yang ingin dicapai
4. Tidak terpaku pada aturan menulis yang baku. Membiarkan apa kata hati mengalir deras tercurah lewat tulisan 
5. Kemampuan untuk menulis apa yang dirasakan. Ketika kejadian dirasa sangat traumatis hingga memicu stres, lebih baik berhenti dahulu menulisnya. Lalu lanjutkan lagi ketika sudah siap yah!
6. Tulisan bersifat rahasia karena tulisan ini untuk dirimu sendiri
7. Refleksikan tulisan setelah satu atau dua minggu melakukan terapi menulis ini

Sudah banyak penelitian-penelitian tentang manfaat menulis ini yang membuatku tertarik untuk menulis. Dari menulis pun juga bisa menghasilkan pundi uang. Dimulai dari menulis artikel daring sampai menulis buku. Poin plus jika tulisan diterbitkan menjadi sebuah film. Selain bermanfaat untuk diri sendiri juga bermanfaat untuk orang lain dengan memberikan informasi maupun inspirasi. 

Oh ya! Link artikel dari NIU dan web daring aku cantumin di bawah yah!
Dari tulisan ini muncul pertanyaan baru. Kalau menulis bisa meringankan stres, mana yang lebih efektif, expressive writing atau curhat ke pendengar yang baik?
Next time deh, aku cari tahu informasi dan tulis lagi ke blog ini!

Sumber :
Share:

Monday 18 May 2020

Islam Sebagai Penawar Keterpurukan

Saat itu aku sedang berkontemplasi dan mengevaluasi diriku. Banyak kesalahan yang aku pikir sangat perlu untuk di koreksi. Namun disisi lain terpatok dengan waktu. 24 tahun hidup dan baru berfikiran untuk mengevaluasi dan berbenah diri, setelah lulus menjadi seorang sarjana. Memang tidak ada kata terlambat. Namun entah mengapa pernyataan klise seperti itu sulit aku telan mentah-mentah.

Setiap makhluk hidup memiliki waktu yang sama. 1 hari 24 jam 1.440 menit dan 86.400 detik. Namun, perbedaannya terletak pada aktivitas yang dilakukan. Ada yang waktunya digunakan untuk rebahan tidak produktif. Ada pula yang melakukan aktivitas produktif seperti mencari pundi-pundi uang, mengabdikan diri kepada sesama dan agama, ada pula yang sedang menyusun dan mengeksekusi rencana beberapa tahun kedepan. Pertanyaan yang selalu berputar di kepalaku saat itu adalah….

Kemana saja aku selama ini?

Beberapa penyesalan telah aku jabarkan di kepalaku. Salah satunya adalah memanfaatkan waktu untuk kesibukan. Bukan untuk produktifitas. Selama ini aku hanya melakukan kewajibanku hingga akupun bertanya-tanya dan kembali menyalahkan diri sendiri. Pertanyaan apa passion mu dan sudah sejauh mana aku mendalaminya membuatku terpuruk.

Aku tidak tahu.

Itulah jawabanku.

Lama berkontemplasi bertambah lagi penyesalan tentang apa yang sudah aku berikan kepada sesama. Aku kira aku adalah makhluk egois yang masih mementingkan waktu dan uang untuk diriku sendiri. Semakin terlarut pada pikiran-pikiran negatif ini berujung pada satu pertanyaan.

Sudah ada persiapan apa untuk beberapa tahun kedepan?

Tersentak dan diam.
Pikiran ini menghancurkanku perlahan.
Namun, beberapa saat setelah berkontemplasi membuatku menyadari.
Aku mendapatkan jawaban atas pergulatan pikiran ini.
Jawaban tentang betapa indahnya agama yang aku anut selama ini.

Islam.

Memang, aku masih banyak kekurangan dalam mempelajari islam. Sampai-sampai aku pernah berfikiran untuk merasa belum pantas disebut Muslim. Karena kehidupanku masih jauh dari kata Islam itu sendiri. Aku hanyalah wanita yang masih berusaha menjadi “Muslimah”

Astaghfirullahaladziim.

Sebenarnya banyak konsep Islam yang bisa menenangkan kaumnya dari keterpurukan. Beberapa konsep dalam Islam yang membuatku tenang adalah Rukun Iman ke-5, Surat Al-Baqoroh ayat 216, dan Surat Al-Insyiroh ayat ke 5-6.


Saat ini, aku bukanlah seorang ahli agama. Aku hanyalah pengagum dan penganut agama Islam yang masih berusaha menjadi Muslimah. Berikut pejabaran dari poin-poin diatas.

1.    Rukun Iman ke-5
Percaya pada Qada dan Qadhar. Rukun ini menyadarkan kita untuk selalu berfikiran positif akan ketetapan, keputusan, kehendak dan takdir Allah SWT entah itu baik ataupun buruk. Karena skenario terbaik adalah skenario dari  Allah SWT. Tuhan yang maha bijaksana atas segala sesuatunya. Bukan kita sebagai manusia yang masih belum 100% paham hikmah yang diberikan Allah SWT kepada makhluknya.
Dengan menyadari rukun ke-5 aku bisa lebih menerima kegagalan dan kekecewaan yang aku alami ini. Karena di setiap kegagalan ada takdir Allah. Pikiran akan keterlambatanku untuk berbenah diri semakin memudar karena aku sadar. Tidak ada kata terlambat. Karena semuanya sudah diberikan porsi waktu sendiri-sendiri oleh Allah SWT. Porsi untuk mempersiapkan masa depan dan menuai kesuksesan itu sendiri.

2.    Surat Al-Baqoroh ayat 216
Ayat ini selalu menamparku ketika aku merasa kecewa pada situasi yang tidak aku inginkan. Surat ini berbunyi:


Sekali lagi kita diyakinkan kalau Allah SWT maha mengetahui apa yang tidak kita ketahui. Saking sayangnya pada hambanya, Allah SWT memberikan yang terbaik akan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.
Disini kita dididik oleh Allah SWT tentang belajar legowo atas apa keinginan kita yang tidak tercapai. Aku semakin yakin kalau kekecewaanku atas ketidaktercapainya keinginanku adalah apa yang aku butuhkan untuk melangkah lebih bijak lagi.

3.    Surat Al-Insyiroh ayat 5-6


Betapa sayangnya Allah SWT pada hambanya. Di surat Al-Insyiroh kita di ajarkan untuk selalu optimis dan berlapang dada atas apa yang kita usahakan. Karena kita sebagai manusia di ingatkan 2 kali bahwa “Setelah kesulitan ada kemudahan”. Lantas, apa alasan untuk berhenti berjuang? Tentang menggapai mimpi memang tidak mudah. Pun dalam mendalami passion pasti penuh dengan cobaan. Pasti banyak kegagalan disana. Pasti. Tentang kesulitan kita dihibur oleh Allah SWT lewat Surat Al-Insyiroh yang sangat indah. Allah SWT selalu mengingatkan kalau kemudahan dan kesuksesan pasti akan datang setelah kita melalui kegagalan dan kesulitan.

Islam adalah pedoman hidup bahagia dunia dan akhirat. Islam mengajarkanku untuk tidak terpuruk karena berfikir negatif tentang masa depan. Dengan catatan aku sebagai manusia selalu berusaha dan pantang menyerah. Ketika aku gagal, aku yakin. Itu adalah langkah awal menuju kesuksesan. Ketika aku merasa terlambat untuk menuai kesuksesan dan mimpi. Aku yakin bahwa skenario Allah SWT lah yang terbaik. Karena aku yakin hanya Allah SWT yang mengerti kebutuhanku untuk masa depanku.

Allah SWT mencintai hambanya, pastinya Allah SWT tidak akan mengecewakan hambanya. Kita sebagai hambanya yang masih merasa kecewa, sama saja kecewa pada ketetapan Allah SWT. Padahal yang mengetahui kebutuhan kita adalah Allah SWT. Bukan makhluk lemah seperti kita.

Semoga kita menjadi manusia yang selalu bersyukur atas ketetapan Allah SWT dan menjadi pribadi yang pantang menyerah.

Aamiin.


Share:

Saturday 9 May 2020

Perdebatan Perbedaan Pranikah

Aku mempunyai seorang sahabat laki-laki sejak kelas 1 SMP. Tepat 11 tahun kita mengenal dan memahami kondisi satu sama lain di tahun 2020 ini. Dan pastinya kuantitas lamanya kita mengenal seseorang tidak selalu dibarengi dengan persamaan nilai yang kita anut. 
Suatu hari kita bertukar pikiran mengenai “Pernikahan”. Dia pada sudut pandang laki-laki, sedangkan aku pada sudut padang perempuan. Sudut pandang kita sangat kontras. Dia berfikiran “Kalau sudah ada calon, mengapa tidak cepat menikah saja?” Wait, aku penganut pemikir panjang dan realistis Tidak segampang itu aku menikah karena sudah ada calon, ada faktor lainnya. Ini 3 poin bahasan kita dalam menuju pernikahan :



1.    Finansial
Oke, ini bahasan yang paling lama kita diskusikan. Dia membahas tentang finansial kalau orang pun bisa hidup dengan hidup seadanya dan sederhana. Dia memberikan kisah nyata, rekannya yang sudah berkeluarga mempunyai 2 anak dan bisa hidup dengan biaya Rp 1.800.000 di kota Solo. Awalnya aku percaya tidak percaya, namun setelah aku fikir lagi gaya hidup orang tersebut yang menyelamatkan mereka. Aku salut dengan keluarga yang dapat bertahan hidup dengan biaya UMR, pastinya dalam keluarga tersebut ada Bapak yang hebat dengan kerja keras fisik yang sangat melelahkan dan ada seorang Ibu yang ahli dalam memasak dengan bahan makanan yang sesuai budget dan me manage keuangan keluarga. Selain itu, sahabatku juga mengatakan bahwa semuanya pasti dimulai dari “Nol”. Semua keluarga pasti mengalami masa-masa sulit dalam membangun keluarga. Dan aku pun sangat setuju ini. Sangat setuju. Tidak ada kesuksesan yang tidak dimulai dari “Nol”. Semua kesuksesan butuh proses. Tapi walaupun aku setuju dengan argumennya dia, aku memiliki argumen tersendiri.
Memang biaya minim dapat membuat keluarga hidup, namun aku memiliki tujuan lain. Hidup tidak sekedar hidup. Hidup harus berkualitas. Saat itu aku berargumen satu contoh saat Ibu sedang mengandung dan butuh nutrisi. Aku mengatakan untuk memenuhi nutrisi Ibu hamil dengan susu itu tidak murah. Apalagi Ibu hamil juga harus sehat, bahagia, dan tidak banyak pikiran karena sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak tersebut. Mulai dari berat, panjang anak, sampai kemampuan kognitif dan mental anak tersebut. Karena dengan finansial yang minim itu bisa mempengaruhi banyak aspek, aku tidak ingin mempertaruhkan itu semua untuk masa depan anak dan keluargaku kelak. Karena prioritasku adalah kualitas. Menanggapi kalau setiap keluarga akan merasakan titik “Nol” ya aku pun setuju. Maka dari itu aku ingin menabung dan bersiap-siap bekerja untuk menghadapi titik “Nol” tersebut saat awal menikah besok. Bukannya aku tidak bisa diajak susah, namun aku tidak ingin gambling dan ingin mempersiapkan dengan matang sebelum melangkah kedepan. Orang tuaku pun berusaha maksimal agar anak-anaknya tidak hidup susah. Dan akupun ingin melakukan hal yang sama, bahkan lebih baik untuk keluargaku kelak.
Masalah finansial sebenarnya hal yang sangat vital dalam kehidupan. Bukannya aku matrealistis, namun aku realistis. Dengan finansial kita bisa sedekah yang banyak, menabung untuk masa depan keluarga, dan untuk keadaan yang tidak bisa kita bayangkan sebelumnya seperti keadaan korona ini.

2.    Mental
Aku adalah pribadi yang bebas namun bertanggung jawab atas hidupku. Aku mengetahui seberapa siapnya mentalku dalam menyikapi pernikahan. Aku berfikir kalau mental adalah satu faktor utama dalam menghadapi pernikahan karena dalam pernikahan kita dituntut untuk bertanggung jawab, komitmen untuk kesuksesan dan kebahagiaan keluarga. Nah, bagaimana bisa membahagiakan kalau diri sendiri belum “Bahagia”? Siapa sih yang mau keluarganya tidak bahagia?
Mental yang kuat ketika di hadang cobaan yang hebat akan tetap berdiri tegar. Ketika mental belum siap dan di hantam cobaan awal pernikahan bagaimana dia bisa membahagiakan keluarganya? Bagaimana dia bisa menguatkan pasangan dan keluarganya? Who knows.
Setiap orang memiliki ego masing-masing. Dengan pernikahan kita di haruskan untuk menghapus ego masing-masing. Inilah mengapa saat ini aku belum siap untuk menikah. Aku belum memenuhi egoku sendiri. Masih banyak keinginan yang ingin aku kejar, aku ingin menyelesaikan mimpiku dahulu, sebelum aku membuat mimpi baru bersama keluargaku kelak.

3.    Masalah Umur
Ada yang berargumen salah satu prioritas dia untuk menikah dini dan memiliki anak adalah karena dia ingin dekat dengan anaknya, namun itu bukan prioritasku. Bukan berarti aku tidak ingin dekat dengan anak-anakku kelak. Aku berfikir kalau dekat atau jauhnya hubungan itu tergantung kita sendiri yang memulai dan itu tidak mengenal umur. Menurutku, jika bisa menjaga komunikasi intens dan beradaptasi terhadap karakteristik generasi anak, aku yakin orang tua pasti bisa kenal lebih dekat dengan anak. Bukan berarti aku ingin menikah dan mempunyai anak 5-10 tahun kedepan. Akupun juga memiliki target maksimal umur aku menikah, siap atau tidak siap semua pertimbanganku di poin 1 dan 2 aku harus hadapi. Setidaknya aku sudah berusaha di umur yang sekarang ini untuk mempersiapkan mimpi bersama keluarga yang baru kelak.

Semua orang bebas berpendapat, akupun senang dan sangat berterimakasih kepada orang lain yang mau bertukar pikiran denganku. Menghargai perbedaan adalah kunci kita dalam hidup bermasyarakat. Pastinya termasuk perbedaan cara pandang terhadap sesuatu.
Kepada semua yang memiliki pertimbangan lain dalam menentukan ke jenjang berikutnya aku ingin berpesan karena kita di tahap yang sama. Ini juga menjadi pesan pengingat ke diri ku sendiri selama ini.
Temanku, yang bisa menentukan hidupmu adalah dirimu sendiri. Bukan orang lain.
Yang mengerti kesiapan diri dan mimpimu adalah kamu sendiri. Bukan sahabat atau saudara yang dikenal.
Bahkan, untuk memilih pasangan hidup kelak adalah kita sendiri, bukan orang lain termasuk orang tua kita.
Teruntuk semua yang akan melangkah ke jenjang berikutnya, semoga dipermudah untuk dituntun oleh Allah dan ikhlas menerima segala ketentuan takdir dari Allah.
Aamiin.


Karena skenario terbaik adalah dari Allah, bukan kita.
Share:

Sunday 3 May 2020

The Person You Really Need to Marry


Malam itu, aku berniat mencari inspirasi di Youtube. Ada salah satu judul di homepage yang terlihat clickbait karna buatku penasaran haha, “The Person You Really Need to Marry” dari channel TEDx Talks. Akhirnya aku melihat video itu lebih dari sekali karena terhanyut kisah nyata dari wanita bernama Tracy McMillan yang pernah menikah sampai 3x. Oh ya, link Youtube nya ada di bawah yah!

Sekilas tentang wanita ini, dia dititipkan dipanti sejak umur 3 bulan karena dia mempunyai Ibu seorang prostitute dan peminum alkohol. Sedangkan Bapaknya seorang kriminal dan pengedar narkoba hingga masuk bui selama 20 tahun. Karena masa kecil dan kondisi keluarganya yang seperti itu, lantas dia memiliki tujuan hidup "Tidak Ingin Ditinggalkan Oleh Orang Lain". Wanita itu berfikir, satu-satunya cara agar dia tidak ditinggalkan oleh orang lain adalah dengan cara Menikah. Ketika dia gagal dia mencoba lagi dan mencobanya lagi.

Menikah dan gagal berulang kali membuatnya belajar banyak hal tentang sebab kegagalannya. Jika berfikir tentang menikahi orang yang salah, dia tidak mengiyakan karena dia menikahi lelaki yang baik dan mapan. Setelah perceraiannya yang ke-3 dia berfikir dan memulai hidup baru karena suatu gagasan penting dalam hidup. Yaitu gagasan tentang "Menikahi Diri Sendiri".

Menikahi diri sendiri mempunyai makna yang lebih dalam dari mencintai diri sendiri. Yaitu komitmen untuk membangun suatu hubungan untuk mencapai diri yang utuh. Tidak lagi orang lain, pekerjaan, atau apapun itu yang membuatmu utuh, karena kamu sendiri sudah lebih dari utuh.

Tracy McMillan membagikan 4 poin inti dari menikahi diri sendiri yaitu menerima apapun kondisi keuangan disaat miskin atau kaya, baik atau buruk apapun kondisinya, ketika sehat atau sakit jiwa raga, dan tentang menjaga diri sendiri.
Menjaga diri sendiri disini bisa digambarkan ketika kita mencintai orang lain, secara otomatis kita akan menjaga dan melindungi orang tersebut. Disini poin nya adalah mengubah prioritas menjaga dan melindungi diri kita terlebih dahulu. Dengan itu kita mampu lebih menjaga dan melindungi orang lain.

Berlanjut dari video TEDx Talks diatas mulai ketampar tentang konsep mencintai diri sendiri. Lanjutlah explore ke laman www.psychologytoday.com dan akhirnya nemu artikel yang yahud dari Sarah Len-Multiwasekwa. Link nya aku cantumin di bawah yah!

Artikel ini berjudul “Self-Love” berisi tentang 4 tahapan kunci dalam mencintai diri sendiri. Dimulai dari Self-Awareness, Self-Worth, Self-Esteem, dan yang terakhir Self-Care.
Self-Awareness sendiri berbicara tentang kontrol diri terhadap respon emosi yang kita rasakan. Contohnya nih, ketika kita marah bukan respon kekerasan atau hujatan yang kita keluarkan, namun respon berfikir jernih dengan kepala dingin. Kunci dari kecerdasan emosional ada di Self-Awareness ini. Tahapan kedua yaitu Self-Worth, disini kita belajar tentang megakui akan kelebihan dan kelemahan diri sendiri. Sejatinya kelebihan itu bisa dikatakan suatu energi yang tidak dapat dihilangkan, namun bisa di tingkatkan. Dengan mengenali dan meningkatkan kelebihan kita atau Self-Worth ini selanjutnya kita bisa mencapai tahapan Self-Esteem. Tahapan ini dicapai ketika kita bisa mengaktualisasikan kelebihan diri sendiri seperti apa hingga tidak merasa inferior atau ketika merasa harga diri kita meningkat. Pencapaian tidak melulu soal rangking atau kompetisi dengan rekan yah! Bisa dikatakan pencapaian ketika kita mampu bertahan dan berjuang demi hidup yang lebih baik lagi, apapun kondisinya. Nah, yang terakhir nih yang kita butuhkan banget apalagi dikala sudah banyak pencapaian yang kita peroleh yaitu Self-Care. Disini kita belajar tentang merawat dan memanjakan diri sendiri, bisa di mulai dari mandi, berpakaian yang kita sukai, sampai melakukan apa yang kita inginkan.

Mencintai diri sendiri jauh dari kata egois. Egois berbicara tentang kepentingan tanpa ada rasa simpati dan empati. Namun mencintai diri sendiri berbicara tentang kebutuhan akan hubungan timbal balik dari kasih sayang. Mencintai diri sendiri terdengar mudah, namun pada kenyataannya banyak orang yang merasa insecure, membenci dirinya sendiri, menyalahkan diri sendiri, bahkan sampai Self-Harm. Padahal, mencintai diri sendiri adalah langkah awal kita mengandalkan diri sendiri dan mencintai orang lain.
Tentang mencintai diri sendiri ini sebenarnya tamparan keras untuk orang yang mencari kebahagiaan. Sebenarnya kebahagiaan bukan di dapat dari orang lain, namun dari diri kita sendiri. Sudahkah kita mengapresiasi dan mencintai jerih payah kita sejak awal?
Share:

Sunday 19 April 2020

Glorifikasi Profesi

Tidak ada keraguan kalau manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain. Contoh nyata saat di awal tahun 2020 terjadi guncangan ekonomi yang menyebabkan roda perekonomian seluruh dunia melambat bahkan terhenti. Banyak dari kita melihat dan mendengar keluhan dari masyarakat bawah, menengah, maupun atas yang kesulitan mengais rizki demi kebutuhan sehari-hari. Tahun 2020 adalah tahun yang sulit, Iya sulit, namun tidak berarti tidak bisa di taklukan.

Sebagaimana roda ekonomi, dari hulu sampai hilir pasti saling berhubungan dan saling ketergantungan. Kita lihat banyak perusahaan besar yang mengalami penurunan profit hingga sangat terpaksa mengadakan PHK masal. Tidak hanya di Indonesia, di berbagai negara pun turut meramaikan pesta PHK masal ini. Iya, pesta perayaan kesedihan di awal tahun 2020. Dampaknya angka pengangguran semakin meningkat, kriminalitas semakin mencekam, bahkan ada bisikan penjarahan di beberapa sisi kota. Disini kita melihat bahwa mereka yang mempunyai finansial di atas rata-rata sampai di bawah pun terancam akan ini.

Di tahun 2020 ini, menurutmu mana profesi terbaik yang membuat hati dan dompet tenang disaat pandemik ini melanda?


Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai pelayan rakyat memang bertugas untuk menyejahterakan rakyat. Oke sekali lagi, Menyejahterakan rakyat. Semua kalangan masyarakat harus terayomi dengan kebijakan yang telah di cetuskan oleh pemerintah. Dilematis Pro dan Kontra pasti ada. Ketika satu saja kebijakan tidak tepat pasti akan berpengaruh pada jangka panjang.
Ingatkah kau terkait kebijakan subsidi besar-besaran di sektor pariwisata yang “Katanya Pemerintah yakin Indonesia bebas virus Corona karena tidak ada rumah sakit yang melaporkan” disaat negara lain yang “Notabene lebih maju” sedang kelabakan menghadapi virus ini?
Sangat patut dicungi jempol atas ke optimisan seseorang, namun jempol pun akan lelah berdiri ketika ke optimisan menjadi bias.
Dampaknya? Mari kita lihat sekeliling kita.
Perlu analisis mendalam terkait satu kebijakan yang akan di cetuskan. Dampak satu kebijakan bisa berbuah menjadi ribuan kesejahteraan atau bisa jadi ribuan hujatan bahkan kematian.

Kita lihat profesi Dokter dan tenaga kesehatan lain saat ini, profesi yang sangat di elu-elukan masyarakat. Dimana para orang tua sanak saudara akan berbangga dengan profesi ini. Profesi mulia yang menjadi garda terdepan dalam mempertaruhkan jiwa dan raga demi seluruh golongan masyarakat. Disaat seperti ini tenaga kesehatan menjadi harapan kita untuk menyembuhkan dunia.
Lelah? Pasti.
Banyak tenaga kesehatan yang lelah bahkan sampai gugur dalam berjuang menyelamatkan jiwa bangsa. Banyak yang mengaku kalau  Alat Pelindung Diri (APD) yang menjadi tameng tenaga kesehatan dalam bertarung ini pun mengalami kelangkaan walaupun  ”Katanya pemerintah telah subsidi APD ke berbagai Rumah Sakit”. Tekanan fisik dan mental yang mempertaruhkan nyawa menjadi ancaman para tenaga kesehatan ini.

Bagaimana dengan para wirausaha?
Wirausaha yang menjual produk barang ataupun jasa sangat bergantung pada konsumen untuk menggerakkan roda perputaran ekonomi mereka. Profesi ini sangat elastis akan hasil yang di dapat, tinggi rendah suatu penghasilan tergantung usahanya sesuai situasi dan kondisinya.
Pastinya dengan konsumen yang tinggi akan menaikkan profit. Kita lihat sekarang kalangan wirausaha dari bawah, menengah, dan atas sedang berjuang untuk bertahan karena konsumen pun di anjurkan untuk social distancing.
Semua pedagang kebutuhan primer, tersier, sekunder terkena imbasnya. Bagaimana tidak? Sekarang ini banyak karyawan swasta yang kena PHK, otomatis untuk membeli produk primer pun akan memilih yang paling ideal untuk jangka panjang. Lalu bagaimana nasib wirausaha produk sekunder dan tersier?

Bagaimana dengan profesi petani dan peternak yang di analogikan sebagai lemari?
Iya, lemari. Karena beliau ada dan bekerja untuk mencukupi kebutuhan kita sebagai manusia akan pangan namun tidak terlihat kerjanya, bahkan tidak sejahtera. Kita lihat mayoritas pemuda apakah mempunyai cita-cita sebagai petani atau peternak?
Miris, ketika pahlawan pangan petani dan peternak termasuk profesi wirausaha yang hasilnya tiap orang butuhkan namun tidak sejahtera. Akibatnya profesi ini tidak menjadi prioritas atau cita-cita dimata mayoritas pemuda. Lantas bagaimana kualitas pangan Indonesia kedepan?

Pekerjaan pasti mempunyai sisi kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dilihat dari manfaat dan hasil yang didapatkan. Tidak ada profesi yang sempurna karena kesempurnaan didapat ketika saling bahu membahu untuk mencapai tujuan bersama.
Maka dari itu, kenapa harus meng-glorifikasi profesi kalau semua profesi bagaikan rantai yang mencukupi kebutuhan satu sama lain?
Share:

Wednesday 15 April 2020

Gender Equalities

Sedikit kisahku tentang kemarin kerja di pabrik otomotif. Ya, namanya juga otomotif, pasti identik dengan gender "Laki-laki". Benar saja, dalam pabrik tersebut yang perempuan hanya 2 orang termasuk aku. Disitu aku beradaptasi bagaimana rasanya menjadi Laki-laki. Mulai dari memasuki pikiran mereka sampai kebiasaan mereka. Apa yang di persepsikan laki-laki memang belum tentu sama dengan perempuan, yah memang karena struktur otaknya berbeda. Berbeda itu memang tidak sama, namun bukan berarti tidak bisa setara.

Contoh kecil seperti laki-laki lebih banyak bekerja menggunakan fisik, tidak dengan perempuan.
Berbeda? Pasti.

Setara? Bisa jadi.

Lah, bagaimana bisa yang laki-laki kerja capek sedangkan wanita tidak, bisa dikatakan setara?

Nah, gini. Tidak bisa kita pukul rata akan satu pandangan saja. Bisa kita katakan setara apabila sesuai dengan kapabilitasnya. Sesuai kodratnya memang struktur otak, hormonal, fisik, dan mental laki-laki dan perempuan itu beda, pastinya implikasi pada kekuatan fisik pun juga berbeda. Disinilah kesetaraan gender diperlukan atau paham Feminisme itu sendiri

Tapi tidak berarti perempuan tidak boleh bekerja kasar,

Boleh, namun tahu kapasitas diri karena secara kodrat dan biologis memang tidak sekuat fisik laki-laki.

Lantas apa yang menjadikan setara?

Kemampuan Kognitif.

Manusia di bekali akal oleh Allah dimana kita bisa tahu tanggung jawab, strategis dalam berfikir, dari situ kita juga mampu menyampaikan pendapat secara adil baik perempuan maupun laki-laki.

Nyambung lagi ke topik Equalities ini. Banyak bertebaran paham Feminisme kalau lagi membahas ini. Pastinya banyak yang Pro, namun kontra adalah keniscayaan. Terkait kontra feminisme ini kita bisa lihat gerakan anti feminisme biasanya dari golongan yang beragama Islam. Gerakan tersebut mendeklarasi kalau feminisme bukan bagian dari islam.

Wait, memang iya?

Jika kita melihat dari sejarah, sebenarnya kita mempunya contoh wanita feminis itu sendiri.
Ingatkah engkau akan Ummahatul Mu'minin (Ibu bagi orang-orang yang beriman) bernama Khadijah RA dan Aisyah RA? Beliau adalah istri kesayangan Rasul kita Nabi Muhammad SAW.

Khadijah sebagai businesswoman tangguh ini dikatakan feminis pertama yang beragama Islam. Beliau adalah istri pertama yang sangat dicintai Rasulullah SAW. Khadijah identik dengan karakter mandiri, berjiwa kepemimpinan, berani, tegas, dan mampu mencari nafkah dengan cerdas dimana karakter-karakter ini melekat pada karakter laki-laki bagi golongan patriarki. Begitu pula dengan Aisyah RA, wanita cerdas ini sangat kritis dan argumentativ terhadap pemahaman patriarkis sahabat-sahabat Rasulullah SAW.

Lantas, apa sebab merebaknya golongan Anti-Feminis pada golongan yang mayoritas muslimah ini?

Dalam hal kepemimpinan.

Sebagaimana kita ketahui, dalam apapun itu kita membutuhkan seorang pemimpin untuk mengatur, mengkoordinasi, bertanggung jawab atas suatu hal agar berjalan sesuai tujuan yang diinginkan termasuk kita memimpin atas diri kita sendiri. Ini untuk skala kecilnya ya, untuk skala lebih besar di dalam suatu keluarga. Perempuan juga pemimpin atas hiruk pikuk manajemen suatu rumah dari keuangan, pendidikan anak, kebersihan rumah, dan lain sebagainya. Peran suami disini adalah bertanggung jawab atas peran istri dalam rumah tangga. Yang artinya segala yang dilakukan istri, suami wajib untuk membantu dan membangun, yah namanya juga tanggung jawab suami lebih besar dari sang istri kan sebagai pemimpin rumah tangga?
Lanjut lagi pandangan yang lebih luas dari keluarga, yaitu bermasyarakat. Memang Suami mempunyai peran mencari nafkah, tapi tidak menutup kemungkinan istri mencari untuk keluarganya, entah untuk tambahan uang bulanan maupun ketika ditinggal wafat oleh sang suami. Disini titik feminisme harus ditegakkan. Perempuan berhak untuk bertanggung jawab, memimpin dan mendapatkan hak kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam urusan pekerjaan.

Karena apa salahnya dengan perempuan berdikari atas finansialnya dan perkembangan kapabilitasnya?
Yang salah adalah Faham Patriarki. Dimana Laki-laki merasa lebih superior daripada perempuan.


Perempuan dan Laki-Laki bagaikan Yin dan Yang
Setara. Berbeda tapi saling melengkapi
Share:

Saturday 4 April 2020

Pelabuhan Terakhir

Sudah lama aku tidak merasakan butterfly stomach effect di hidupku. Entah kapan terakhir aku merasakannya, dan itupun tidak se-indah yang di bayangkan.

Aku, adalah wanita yang sulit jatuh cinta.

Mereka berkata, "Ah, seleramu terlalu tinggi"
"Mungkin gengsimu yang terlalu tinggi"
"Bohong. Tidak mungkin kau tidak punya pacar!" 
Atau,
"Dia menyukaimu, kenapa kau tidak bersamanya? Sepertinya dia terlihat sempurna!"

Aku hanya berkata. 
"Tidak. Bukan seperti itu."
Aku rasa, aku hanya merasa mati rasa yang diliputi rasa tidak percaya.
Hambar, seperti es krim yang tidak manis.

Suatu saat, ada seorang lelaki mendekat. Butuh waktu menahun lebih dia dengan segala usahanya meyakinkan perasaanku untuk berkata IYA. 
Namun, apa yang terjadi setelahnya? Aku tidak bahagia.
Aku membohongi perasaanku. Logikaku menolak perasaanku.

"Tidak. Bukan seperti dia."

Pernah suatu saat aku mencoba jatuh cinta pada seorang lelaki yang terlihat sempurna
Mencoba dan mencoba. Bahkan memaksa.
Butuh berbulan-bulan aku memaksa perasaanku. Memaksa hingga membohongi perasaanku.
Hampir setengah tahun kami dekat, perasaanku tetap ku paksa. Karena aku tahu, secara logika aku bisa bahagia dan mapan bersama lelaki itu.
Namun, Perasaanku menolak. Dia memberontak.
Hatiku tidak sepaham dengan logikaku. 

Lagi, dan lagi.
Lelaki datang dan pergi.
Ketika hatiku tak mau beralih. 
Hampa dan hambar adalah makanan sehari-hari.

"Tidak. Bukan seperti ini."

Hingga suatu hari kau hadir.
2015 sebagai tahun awal pertemuan kisah kita. 
Kau yang saat itu selalu membuatku tertawa 
Kau yang saat itu sering mengajakku pergi
Kau yang saat itu selalu mengajakku komunikasi
Kau yang saat itu memandangku dengan tatapan tulus
Kau yang saat itu mengkhawatirkanku
Kau yang saat itu...
Ah, sudahlah...

Kau milik sahabatku. 

Sudahlah, biarkan aku mengalah. 
Kau layak bersamanya.
Sudah cukup.
Aku tidak akan mencintaimu.

Tenanglah sahabatku.
Aku bisa membohongi perasaanku.
Melupakannya, adalah pilihanku. 

Hingga 4 tahun setelahnya kau hadir, Kembali. 
Kau kembali membawa keceriaan padaku
Ternyata, kau kembali membawa tawaran padaku

"Bella, maukah kau melangkah bersamaku?"

Pertanyaanmu tentang ajakan tuk bersama
Pernyataanmu tentang perasaan di tahun 2015 tetap sama

Ternyata, kau masih mencintaiku.  

Namun, Ku hanya bisa berkata.
"Tidak. Kau milik Sahabatku."
"Tenang, Aku bisa membohongi perasaanku."

Segala upaya kau lakukan tuk meyakinkanku.
Dan terungkap cerita di tahun 2015.

Aku, Luluh. Kali ini aku kalah.
Aku kalah karena lelah membohongi perasaanku.
Jujur. Aku mencintaimu. 

Kali ini, aku mempercayai perasaanku.
Logikaku menerima. Aku bahagia

Iya, akhirnya aku bahagia.

Bersamamu. 


 Tidak lagi ku bohongi perasaanku, karena bersamamu. Cukup.
Share:

Saturday 28 March 2020

Standart Kecantikan Itu Menyakitkan

Cantik.

Menurut pembaca, cantik itu seperti apa sih?

Apakah perempuan dengan kulit putih mulus nan glowing?
Ataukah perempuan dengan badan yang guitarable? yang kalau orang bilang seperti gitar spanyol? Seksi dan Montok tentunya.
Kalau jawabannya adalah IYA, bagaimana dengan Transgender yang punya kriteria seperti diatas? Apakah bisa dikatakan Cantik?

Oke, balik lagi ya kalau kebenaran itu Subjektif.
Kita bisa mempunyai kriteria apa saja yang menurut kita cantik. Namun, kriteria satu orang tentu akan kalah dengan kriteria ribuan orang. Dan kriteria ribuan orang itulah yang membuat banyak orang berbondong-bondong untuk menjadi Cantik versi kebanyakan orang. 
Maka dari itu, uang puluhan hingga jutaan rupiah rela di keluarkan untuk membeli skincare, makeup, bahkan rela menyakiti dirinya sendiri untuk operasi plastik. 
Tujuannya? tentu saja untuk meraih Validasi.

Tentang standart kecantikan ini saya ingin me-rekomendasikan dan sedikit me-review video dari VOX dengan judul "Is Beauty Culture Hurting Us?"

Link nya ada di bawah ini yah!


Awal mula perempuan merubah penampilannya bisa dimulai dari komentar orang lain.

"Eh, kok item-an sih kamu"
"Badan kamu kok gendut banget sih, kayak galon"
"Itu kantung mata atau kantung kanguru sih? Gede amat dah"
"Bulu badanmu banyak banget, pasti anget"
"Eh, itu lihat kembaranmu! sama-sama trepes" (sembari nunjuk Triplek)
dan lain sebagainya.

Tanpa sadar komentar atau candaan tentang body shamming atau body judgement ini sangat menyakitkan bagi orang lain. Kita tidak akan pernah tahu perasaan sebenarnya seseorang. Bisa jadi dia tersenyum dengan hati teriris atau bisa jadi dia tertawa dengan hati menangis. 

No one Knows.

Candaan body shaming bisa merubah seseorang untuk memenuhi ekspektasi orang-orang. Menghalalkan segala cara untuk terlihat sempurna dimata orang lain.

Dampaknya?

Ya, orang itu akan terlihat Cantik di mata orang lain, tapi tidak Cantik untuk dirinya sendiri. Dia terluka, terluka Mentalnya maupun Dompetnya. Hey, Cantik itu mahal bung!

Selain dari komentar orang lain tentang body shaming, secara tidak sadar perempuan juga bisa merasa dirinya tidak cantik dengan membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. Bisa melalui tatap langsung, maupun dari media sosial. Bahkan penelitian menyebutkan kalau seseorang mengomentari orang lain "Cantik" itu artinya seseorang itu merasa tidak puas dengan dirinya sendiri.

Untunglah di era internet ini, banyak beauty influencer dengan berbagai macam tipe Cantik yang subjektif bisa merangkul banyak orang. Tujuannya sederhana, untuk mendobrak standart cantik kebanyakan orang dan menyadarkan bahwa...

Semua Wanita itu, Cantik.



Untuk semua beauty influencer, mulai dari Nyma Tang dengan kecantikan kulitnya, Nabela Noor dengan kecantikan badannya, Jovi Adhiguna dengan Transgendernya, dan yang lain. Terimakasih karena kalian sangat berjasa untuk menyadarkan kalau cantik bukan dilihat dari warna kulit, bentuk badan, ras, agama, dan lain sebagainya. Terimakasih telah mendobrak standart cantik karena cantik sesungguhnya adalah wujud nyata dari rasa kepercayaan diri.

Teruntuk pembaca blog yang budiman, mari meluangkan waktu sejenak untuk mencintai diri sendiri, dengan tidak membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. 
Mari kita memuji diri sendiri, atas segala pencapaian yang telah direngkuh dengan keringat dan air mata. Kecantikan tidak hanya tentang fisik, namun tentang karakter dan pencapaian.

Sudah sejauh apa kepercayaan dirimu membawa karakter dan pencapaianmu menjadi cemerlang?
Share:

Friday 27 March 2020

Korelasi Antara Pikiran dan Persepsi

Apa yang membedakan manusia satu dan manusia lainnya ?



Pikiran

Pikiran memulai kita untuk mengambil setiap keputusan dalam hidup. Entah itu pikiran sadar maupun tidak sadar. Sebagaimana ketika kita merasakan lapar. Pikiran tidak sadar terjadi ketika lambung tidak ada bahan makanan yang bisa di cerna, lalu dari lambung mengirim sinyal sinyal ke otak. Dari otak, menerjemahkan dengan rasa lapar. Disinilah pikiran tidak sadar terjadi. Lalu, dimanakah pikiran sadar? Tentunya ketika kita menentukan mau mengisi organ lambung kita dengan makanan apa yang enak, mengenyangkan, dan bagaimana cara makan makanan tersebut.

Persepsi

Seseorang yang menerjemahkan pikiran orang lain disebut Persepsi. Persepsi didapat dari melihat pikiran orang lain yang direfleksikan melalui tingkah laku dan perkataan. Sebagai contoh, kita bisa lihat dari individu yang sedang lapar itu tadi. Suatu malam, individu tersebut dalam keadaan sangat lapar katakanlah karena belum makan sejak pagi hari. Karena pengambilan keputusan orang yang sedang lapar itu adalah makan, maka orang itu mengajak salah satu temannya untuk makan malam. Individu yang lapar tersebut memakan dengan lahapnya yang memunculkan persepsi pada temannya kalau dia sedang kelaparan tanpa orang yang sedang makan itu mengatakan kalau dia sedang lapar. Nah, inilah persepsi.

Setiap individu  akan menerjemahkan persepsi yang berbeda pula. Salah persepsi ini akan menunjukkan kesalahpahaman bahkan perselisihan. Kesalahpahaman yang negatif adalah awal mula perselisihan. Coba kita lihat contoh yang lebih kompleks. Suatu ketika, ada seorang teman yang suka mengkritik temannya yang lain. Ada 2 persepsi yang akan ditangkap teman yang sedang dikritik ini, yang satu adalah dia merasa di hargai karena dia berpikiran orang yang mengkritik ingin dia menjadi pribadi yang lebih baik. Namun, bisa juga ber presepsi kalau orang yang dikritik ini merasa dibenci oleh orang yang suka mengkritik. Karena dia merasa di hakimi dan diatur oleh orang lain.

Namun, pernahkah kita menelaah sebenarnya apa saja faktor yang menyebabkan persepsi negatif dan positif ini? Mari kita ulas faktor-faktornya.

  • Pikiran, Sebagaimana yang kita tahu, persepsi seseorang di tangkap dari suatu individu yang mempunyai pikiran. Pikiran yang positif akan menghasilkan persepsi yang positif, sama halnya dengan pikiran yang negatif akan menghasilkan persepsi yang negatif. Semua ini terletak pada pengontrolan pikiran. Seseorang bisa saja berpikiran positif maupun negatif tergantung cara kita mengontrol pikiran dengan logis. 

  • Mood, adalah pikiran bawah sadar. Ketika mood seseorang dalam kondisi yang baik, seseorang cenderung untuk berpikiran positif. Sebagai contoh, seseorang yang sedang jatuh cinta. Orang tersebut akan selalu berfikiran positif tentang pasangannya, entah apapun sifat dan tingkah laku pasangannya. 

Begitu pun sebaliknya, ketika orang dalam keadaan mood yang jelek entah karena hari itu sedang sial, atau keadaan sedang lelah, orang itu akan cenderung mempunyai pikiran yang negatif dan tidak jernih sehingga rentan berpersepsi negatif kepada lingkungan sekitarnya.

Sudah cukup jelas bukan, pentingnya berpersepsi positif agar tidak terjadi kesalahpahaman?

Persepsi ini tidak bisa di dapat kalau kita tidak melakukan kontak sosial kepada orang lain. Dan setiap kontak sosial dengan orang lain, pastinya kita ingin membuat kontak sosial yang positif bukan?

Lalu, apa saja yang bisa membuat kita berpikiran dan berpersepsi yang positif?
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Beberapa diantaranya bisa dibentuk sedari dini.

  • Didikan Orang Tua, sangat berpengaruh terhadap pikiran positif dan negatif anaknya. Sebagai contoh, orang tua yang selalu memberikan nilai-nilai tidak pantang menyerah sedari kecil kepada anaknya. Hasilnya, anak tersebut akan menjadi pribadi yang optimis dan berpikiran positif dalam memandang sesuatu. Beda pula ketika orang tua selalu menakuti anaknya agar menghindari sesuatu. Anak tersebut akan menjadi pribadi yang penakut dan selalu melihat resiko yang akan terjadi tanpa memikirkan solusinya.
    Ketika kita sudah menjadi orang tua, kita bisa mendidik dengan memperhatikan sebab akibatnya juga demi kesuksesan anak kelak. Namun, bagaimana jika sudah terlanjur memberikan didikan yang menyebabkan sang anak menjadi berpikiran negatif? Mari kita bahas di point selanjutnya.

  • Sugesti, adalah pikiran sadar yang ditanamkan sehingga menjadi pikiran tidak sadar. Ketika individu sedang terlihat berpikiran negatif, harus di sadari juga dan merubah pikiran kalau semua akan berjalan positif. Karena ketika kita berpikiran positif, secara tidak sadar pikiran akan mencari solusi suatu masalah, seberat apapun masalah tersebut.


Jadi, sudah siapkah anda berpikiran positif dengan segala resiko positifnya ?


Share:

Tuesday 24 March 2020

Kepribadian Kucing


Kucing,

adalah hewan yang paling dekat dengan saya sejak saya masih kecil. Sedikit cerita tentang keluarga saya, khususnya Nenek dari Ibu saya. Beliau pecinta  kucing sampai saya dengar cerita dari Ibu saya. Ketika Nenek saya berangkat sekolah dan belum menyapa kucingnya, kucingnya datang menemui Nenek saya di sekolahan. How's cute it is...

Berawal dari Nenek saya, Ibu saya pun sejak kecil juga menjadi pecinta kucing. Sampai-sampai rumahnya menjadi rumah kucing yang beranak pinak. Keluarga kami cukup unik, keluarga besar Ibu saya dari Nenek-Anak-Cucu-Cicit pecinta kucing semua, dan topik bahasan yang tidak pernah dilewatkan ketika Lebaran pun adalah bagaimana kabar kucing dirumah.

Maka dari itu, kucing tidak lepas dari kehidupan saya yang bahkan menjadi bagian dari keluarga saya. Sedari kecil bersama kucing, saya menemukan karakter kucing yang berbeda-beda. Ada yang pemalu, ada yang penakut, ada yang kagetan (seriously kagetan kalo di colek langsung ngeloncat), ada yang manja, yang cuek juga ada dan lain sebagainya.

Berawal dari situ, saya penasaran tentang kepribadian dari kucing. Tidak hanya penasaran saja, tapi dengan mengetahuinya kita sebagai pemilik kucing yang baik bisa lebih memahami kucing ketika dalam kondisi senang, stres atau sakit. Dan pastinya dengan memahaminya kita juga bisa meningkatkan rasa kenyamanan kucing saat kita pelihara di rumah.

Kepribadian kucing, hampir sama dengan tipe kepribadian manusia. Pernah mendengar tentang Big Five Personality?

Big Five Personality adalah kepribadian secara global yang meliputi 5 level tinggi rendahnya suatu kepribadian. 5 kepribadian itu meliputi Opennes, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, dan Neuroticism atau yang biasa disingkat OCEAN.

Opennes adalah kepribadian yang condong untuk berfikir kreativ dan terbuka dengan hal-hal yang baru. Conscientiousness adalah kepribadian yang well organized dan pemikir secara detail. Extraversion sering kita dengar yah ini, sama halnya dengan Extrovert yang berkebalikan dengan Introvert. Yaitu seseorang yang energinya meningkat setelah melakukan banyak interaksi sosial. Agreeableness adalah kepribadian yang kooperativ dan prososial. Yang terakhir adalah Neuroticism yaitu ketidakstabilan emosi seseorang yang apabila seseorang dikatakan tinggi neuroticism nya, seseorang condong untuk mudah kecewa dan cemas.

Nah, lalu bagaimana korelasi antara Big Five personality dengan kepribadian Kucing?
Ada tipe yang sama maupun tidak. Menurut penelitian yang penulis baca, kepribadian kucing meliputi Neuroticism, Extraversion, Agreeableness, Dominance, dan Impulsiveness. Sedikit banyak sama dengan manusia dengan penjabaran yang hampir sama pula.

Kucing dengan kepribadian Neuroticism yang tinggi cenderung untuk tidak merasa aman, mudah untuk cemas, lebih takut pada manusia, dan pemalu sehingga kucing sangat suka untuk bersembunyi. Neuroticism yang rendah kebalikannya, yaitu kucing cenderung lebih berani pada manusia atau hewan lain, kucing juga lebih suka mengeksplor jalanan. Maka dari itu pemilik kucing yang mempunyai karakter kucing dengan level Neuroticism yang tinggi disarankan untuk membuat tempat tempat persembunyian yang nyaman.

Dengan karakter Extraversion yang tinggi kucing cenderung untuk lebih aktiv karena rasa penasarannya yang sangat tinggi juga. Kucing ini sangat suka bermain sehingga sering mengajak kucing lain atau bahkan pemilik kucing untuk bermain. Saran untuk pemilik kucing Extraversion yang tinggi ini adalah selalu mengajak kucing bermain agar kucing tidak stres.

Dikatakan Agreeableness yang tinggi ketika kucing sangat ramah pada manusia, manja, suka mendekati manusia bahkan terlihat sayang pada pemiliknya. Kucing dengan Agreeableness yang rendah ketika kucing mudah menunjukkan rasa marah kepada manusia, yang biasa disebabkan karena tidak mudah bersosialisasi dan bisa pula karena kucing sedang menahan sakit dan stres

Nah, ada 2 tipe yang berbeda, yaitu Impulsiveness dan Dominance. Impulsiveness dikatakan ketika karakter kucing berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Biasanya kepribadian ini muncul ketika kucing dalam keadaan tidak nyaman. Yang terakhir karakter Dominance ketika kucing condong untuk lebih agresiv, dan suka mem-bully kucing lain untuk berebut makanan dan daerah teritory sehingga kucing ini lebih mudah mengalahkan kucing lain.

Lalu, apakah kepribadian kucing bisa berubah?

Bisa. Sama dengan kepribadian manusia yang bisa berubah.

Seiring bertambahnya umur kucing, kepribadian kucing bisa berubah lebih dominan dari kucing yang lebih muda. Selain itu juga tidak selincah kucing muda yang cenderung lebih ramah dan lincah.

Bagaimana pendapat pembaca? Pernahkah menemui kepribadian kucing seperti yang diatas?


Tidak hanya sesama manusia saja, namun dengan lingkungan sekitarlah kita harus belajar memahami termasuk kucing. Karena kucing mempunyai jiwa, fisik, mental layaknya manusia. Pentingnya Animal Wellfare atau kepedulian manusia terhadap hewan demi meningkatnya kualitas dan kesejahteraan hidup hewan.



Sumber :
Share:

Popular Posts

Friends

About Me

My photo
Surakarta, Mid Java, Indonesia

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Menjadi Wanita Merdeka 4.0 dengan Menulis

Categories