be different be YOUnique

Sunday 19 April 2020

Glorifikasi Profesi

Tidak ada keraguan kalau manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain. Contoh nyata saat di awal tahun 2020 terjadi guncangan ekonomi yang menyebabkan roda perekonomian seluruh dunia melambat bahkan terhenti. Banyak dari kita melihat dan mendengar keluhan dari masyarakat bawah, menengah, maupun atas yang kesulitan mengais rizki demi kebutuhan sehari-hari. Tahun 2020 adalah tahun yang sulit, Iya sulit, namun tidak berarti tidak bisa di taklukan.

Sebagaimana roda ekonomi, dari hulu sampai hilir pasti saling berhubungan dan saling ketergantungan. Kita lihat banyak perusahaan besar yang mengalami penurunan profit hingga sangat terpaksa mengadakan PHK masal. Tidak hanya di Indonesia, di berbagai negara pun turut meramaikan pesta PHK masal ini. Iya, pesta perayaan kesedihan di awal tahun 2020. Dampaknya angka pengangguran semakin meningkat, kriminalitas semakin mencekam, bahkan ada bisikan penjarahan di beberapa sisi kota. Disini kita melihat bahwa mereka yang mempunyai finansial di atas rata-rata sampai di bawah pun terancam akan ini.

Di tahun 2020 ini, menurutmu mana profesi terbaik yang membuat hati dan dompet tenang disaat pandemik ini melanda?


Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai pelayan rakyat memang bertugas untuk menyejahterakan rakyat. Oke sekali lagi, Menyejahterakan rakyat. Semua kalangan masyarakat harus terayomi dengan kebijakan yang telah di cetuskan oleh pemerintah. Dilematis Pro dan Kontra pasti ada. Ketika satu saja kebijakan tidak tepat pasti akan berpengaruh pada jangka panjang.
Ingatkah kau terkait kebijakan subsidi besar-besaran di sektor pariwisata yang “Katanya Pemerintah yakin Indonesia bebas virus Corona karena tidak ada rumah sakit yang melaporkan” disaat negara lain yang “Notabene lebih maju” sedang kelabakan menghadapi virus ini?
Sangat patut dicungi jempol atas ke optimisan seseorang, namun jempol pun akan lelah berdiri ketika ke optimisan menjadi bias.
Dampaknya? Mari kita lihat sekeliling kita.
Perlu analisis mendalam terkait satu kebijakan yang akan di cetuskan. Dampak satu kebijakan bisa berbuah menjadi ribuan kesejahteraan atau bisa jadi ribuan hujatan bahkan kematian.

Kita lihat profesi Dokter dan tenaga kesehatan lain saat ini, profesi yang sangat di elu-elukan masyarakat. Dimana para orang tua sanak saudara akan berbangga dengan profesi ini. Profesi mulia yang menjadi garda terdepan dalam mempertaruhkan jiwa dan raga demi seluruh golongan masyarakat. Disaat seperti ini tenaga kesehatan menjadi harapan kita untuk menyembuhkan dunia.
Lelah? Pasti.
Banyak tenaga kesehatan yang lelah bahkan sampai gugur dalam berjuang menyelamatkan jiwa bangsa. Banyak yang mengaku kalau  Alat Pelindung Diri (APD) yang menjadi tameng tenaga kesehatan dalam bertarung ini pun mengalami kelangkaan walaupun  ”Katanya pemerintah telah subsidi APD ke berbagai Rumah Sakit”. Tekanan fisik dan mental yang mempertaruhkan nyawa menjadi ancaman para tenaga kesehatan ini.

Bagaimana dengan para wirausaha?
Wirausaha yang menjual produk barang ataupun jasa sangat bergantung pada konsumen untuk menggerakkan roda perputaran ekonomi mereka. Profesi ini sangat elastis akan hasil yang di dapat, tinggi rendah suatu penghasilan tergantung usahanya sesuai situasi dan kondisinya.
Pastinya dengan konsumen yang tinggi akan menaikkan profit. Kita lihat sekarang kalangan wirausaha dari bawah, menengah, dan atas sedang berjuang untuk bertahan karena konsumen pun di anjurkan untuk social distancing.
Semua pedagang kebutuhan primer, tersier, sekunder terkena imbasnya. Bagaimana tidak? Sekarang ini banyak karyawan swasta yang kena PHK, otomatis untuk membeli produk primer pun akan memilih yang paling ideal untuk jangka panjang. Lalu bagaimana nasib wirausaha produk sekunder dan tersier?

Bagaimana dengan profesi petani dan peternak yang di analogikan sebagai lemari?
Iya, lemari. Karena beliau ada dan bekerja untuk mencukupi kebutuhan kita sebagai manusia akan pangan namun tidak terlihat kerjanya, bahkan tidak sejahtera. Kita lihat mayoritas pemuda apakah mempunyai cita-cita sebagai petani atau peternak?
Miris, ketika pahlawan pangan petani dan peternak termasuk profesi wirausaha yang hasilnya tiap orang butuhkan namun tidak sejahtera. Akibatnya profesi ini tidak menjadi prioritas atau cita-cita dimata mayoritas pemuda. Lantas bagaimana kualitas pangan Indonesia kedepan?

Pekerjaan pasti mempunyai sisi kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dilihat dari manfaat dan hasil yang didapatkan. Tidak ada profesi yang sempurna karena kesempurnaan didapat ketika saling bahu membahu untuk mencapai tujuan bersama.
Maka dari itu, kenapa harus meng-glorifikasi profesi kalau semua profesi bagaikan rantai yang mencukupi kebutuhan satu sama lain?
Share:

Wednesday 15 April 2020

Gender Equalities

Sedikit kisahku tentang kemarin kerja di pabrik otomotif. Ya, namanya juga otomotif, pasti identik dengan gender "Laki-laki". Benar saja, dalam pabrik tersebut yang perempuan hanya 2 orang termasuk aku. Disitu aku beradaptasi bagaimana rasanya menjadi Laki-laki. Mulai dari memasuki pikiran mereka sampai kebiasaan mereka. Apa yang di persepsikan laki-laki memang belum tentu sama dengan perempuan, yah memang karena struktur otaknya berbeda. Berbeda itu memang tidak sama, namun bukan berarti tidak bisa setara.

Contoh kecil seperti laki-laki lebih banyak bekerja menggunakan fisik, tidak dengan perempuan.
Berbeda? Pasti.

Setara? Bisa jadi.

Lah, bagaimana bisa yang laki-laki kerja capek sedangkan wanita tidak, bisa dikatakan setara?

Nah, gini. Tidak bisa kita pukul rata akan satu pandangan saja. Bisa kita katakan setara apabila sesuai dengan kapabilitasnya. Sesuai kodratnya memang struktur otak, hormonal, fisik, dan mental laki-laki dan perempuan itu beda, pastinya implikasi pada kekuatan fisik pun juga berbeda. Disinilah kesetaraan gender diperlukan atau paham Feminisme itu sendiri

Tapi tidak berarti perempuan tidak boleh bekerja kasar,

Boleh, namun tahu kapasitas diri karena secara kodrat dan biologis memang tidak sekuat fisik laki-laki.

Lantas apa yang menjadikan setara?

Kemampuan Kognitif.

Manusia di bekali akal oleh Allah dimana kita bisa tahu tanggung jawab, strategis dalam berfikir, dari situ kita juga mampu menyampaikan pendapat secara adil baik perempuan maupun laki-laki.

Nyambung lagi ke topik Equalities ini. Banyak bertebaran paham Feminisme kalau lagi membahas ini. Pastinya banyak yang Pro, namun kontra adalah keniscayaan. Terkait kontra feminisme ini kita bisa lihat gerakan anti feminisme biasanya dari golongan yang beragama Islam. Gerakan tersebut mendeklarasi kalau feminisme bukan bagian dari islam.

Wait, memang iya?

Jika kita melihat dari sejarah, sebenarnya kita mempunya contoh wanita feminis itu sendiri.
Ingatkah engkau akan Ummahatul Mu'minin (Ibu bagi orang-orang yang beriman) bernama Khadijah RA dan Aisyah RA? Beliau adalah istri kesayangan Rasul kita Nabi Muhammad SAW.

Khadijah sebagai businesswoman tangguh ini dikatakan feminis pertama yang beragama Islam. Beliau adalah istri pertama yang sangat dicintai Rasulullah SAW. Khadijah identik dengan karakter mandiri, berjiwa kepemimpinan, berani, tegas, dan mampu mencari nafkah dengan cerdas dimana karakter-karakter ini melekat pada karakter laki-laki bagi golongan patriarki. Begitu pula dengan Aisyah RA, wanita cerdas ini sangat kritis dan argumentativ terhadap pemahaman patriarkis sahabat-sahabat Rasulullah SAW.

Lantas, apa sebab merebaknya golongan Anti-Feminis pada golongan yang mayoritas muslimah ini?

Dalam hal kepemimpinan.

Sebagaimana kita ketahui, dalam apapun itu kita membutuhkan seorang pemimpin untuk mengatur, mengkoordinasi, bertanggung jawab atas suatu hal agar berjalan sesuai tujuan yang diinginkan termasuk kita memimpin atas diri kita sendiri. Ini untuk skala kecilnya ya, untuk skala lebih besar di dalam suatu keluarga. Perempuan juga pemimpin atas hiruk pikuk manajemen suatu rumah dari keuangan, pendidikan anak, kebersihan rumah, dan lain sebagainya. Peran suami disini adalah bertanggung jawab atas peran istri dalam rumah tangga. Yang artinya segala yang dilakukan istri, suami wajib untuk membantu dan membangun, yah namanya juga tanggung jawab suami lebih besar dari sang istri kan sebagai pemimpin rumah tangga?
Lanjut lagi pandangan yang lebih luas dari keluarga, yaitu bermasyarakat. Memang Suami mempunyai peran mencari nafkah, tapi tidak menutup kemungkinan istri mencari untuk keluarganya, entah untuk tambahan uang bulanan maupun ketika ditinggal wafat oleh sang suami. Disini titik feminisme harus ditegakkan. Perempuan berhak untuk bertanggung jawab, memimpin dan mendapatkan hak kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam urusan pekerjaan.

Karena apa salahnya dengan perempuan berdikari atas finansialnya dan perkembangan kapabilitasnya?
Yang salah adalah Faham Patriarki. Dimana Laki-laki merasa lebih superior daripada perempuan.


Perempuan dan Laki-Laki bagaikan Yin dan Yang
Setara. Berbeda tapi saling melengkapi
Share:

Saturday 4 April 2020

Pelabuhan Terakhir

Sudah lama aku tidak merasakan butterfly stomach effect di hidupku. Entah kapan terakhir aku merasakannya, dan itupun tidak se-indah yang di bayangkan.

Aku, adalah wanita yang sulit jatuh cinta.

Mereka berkata, "Ah, seleramu terlalu tinggi"
"Mungkin gengsimu yang terlalu tinggi"
"Bohong. Tidak mungkin kau tidak punya pacar!" 
Atau,
"Dia menyukaimu, kenapa kau tidak bersamanya? Sepertinya dia terlihat sempurna!"

Aku hanya berkata. 
"Tidak. Bukan seperti itu."
Aku rasa, aku hanya merasa mati rasa yang diliputi rasa tidak percaya.
Hambar, seperti es krim yang tidak manis.

Suatu saat, ada seorang lelaki mendekat. Butuh waktu menahun lebih dia dengan segala usahanya meyakinkan perasaanku untuk berkata IYA. 
Namun, apa yang terjadi setelahnya? Aku tidak bahagia.
Aku membohongi perasaanku. Logikaku menolak perasaanku.

"Tidak. Bukan seperti dia."

Pernah suatu saat aku mencoba jatuh cinta pada seorang lelaki yang terlihat sempurna
Mencoba dan mencoba. Bahkan memaksa.
Butuh berbulan-bulan aku memaksa perasaanku. Memaksa hingga membohongi perasaanku.
Hampir setengah tahun kami dekat, perasaanku tetap ku paksa. Karena aku tahu, secara logika aku bisa bahagia dan mapan bersama lelaki itu.
Namun, Perasaanku menolak. Dia memberontak.
Hatiku tidak sepaham dengan logikaku. 

Lagi, dan lagi.
Lelaki datang dan pergi.
Ketika hatiku tak mau beralih. 
Hampa dan hambar adalah makanan sehari-hari.

"Tidak. Bukan seperti ini."

Hingga suatu hari kau hadir.
2015 sebagai tahun awal pertemuan kisah kita. 
Kau yang saat itu selalu membuatku tertawa 
Kau yang saat itu sering mengajakku pergi
Kau yang saat itu selalu mengajakku komunikasi
Kau yang saat itu memandangku dengan tatapan tulus
Kau yang saat itu mengkhawatirkanku
Kau yang saat itu...
Ah, sudahlah...

Kau milik sahabatku. 

Sudahlah, biarkan aku mengalah. 
Kau layak bersamanya.
Sudah cukup.
Aku tidak akan mencintaimu.

Tenanglah sahabatku.
Aku bisa membohongi perasaanku.
Melupakannya, adalah pilihanku. 

Hingga 4 tahun setelahnya kau hadir, Kembali. 
Kau kembali membawa keceriaan padaku
Ternyata, kau kembali membawa tawaran padaku

"Bella, maukah kau melangkah bersamaku?"

Pertanyaanmu tentang ajakan tuk bersama
Pernyataanmu tentang perasaan di tahun 2015 tetap sama

Ternyata, kau masih mencintaiku.  

Namun, Ku hanya bisa berkata.
"Tidak. Kau milik Sahabatku."
"Tenang, Aku bisa membohongi perasaanku."

Segala upaya kau lakukan tuk meyakinkanku.
Dan terungkap cerita di tahun 2015.

Aku, Luluh. Kali ini aku kalah.
Aku kalah karena lelah membohongi perasaanku.
Jujur. Aku mencintaimu. 

Kali ini, aku mempercayai perasaanku.
Logikaku menerima. Aku bahagia

Iya, akhirnya aku bahagia.

Bersamamu. 


 Tidak lagi ku bohongi perasaanku, karena bersamamu. Cukup.
Share:

Popular Posts

Friends

About Me

My photo
Surakarta, Mid Java, Indonesia

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Menjadi Wanita Merdeka 4.0 dengan Menulis

Categories