be different be YOUnique

Wednesday 28 July 2021

Hal Hal yang Aku Sesalkan Dalam Hidup

Malu.

Ketika keinget scene pengalaman memalukan atau kesalahan-kesalahan yang seketika lewat di pikiran tanpa permisi


Kesal.

Ketika kita berfikir kalau sudah mempertimbangkan banyak hal sebelum memilih suatu keputusan, ternyata masih salah juga


Sedih.

Ketika tahu keputusan yang sudah diambil tidak berdampak seperti  apa yang kita inginkan


Tertinggal.

Ketika melihat pencapaian hidup teman-teman di sosial media yang lebih berkembang


Banyak hal yang kita lalui sampai saat ini.

Hari demi bulan, bulan demi tahun, yang menggulung merangkai setiap kisah kita dalam rasa sesal dan bersyukur.

Semakin menahun, aku semakin tahu.


Betapa bodohnya sikap enggan mencari tahu kisah dan pengalaman orang lain.

Betapa cerobohnya tidak menjadi orang yang objektif dalam memilah keputusan.

 

Hidup itu berat. Apa tujuan hidup?


Pencarian jati diri dan tujuan hidup masih bergelut di dalam pikiran seorang yang menuju dewasa ini.


Quarter Life Crisis mereka bilang

Fase ini banyak memungkinkanku untuk banyak berkontemplasi. Flashback kejadian-kejadian kelam yang harus disadarkan dengan mengingat pencapaian. Kita belajar dari masa lalu, banyak hal yang aku highlights agar bisa jadi alarm.

Buatku mungkin hanya sebatas pengingat saja, kalau hal ini akan berdampak itu. Tapi buatmu yang ingin belajar dari kesalahanku, silahkan di pelajari.


  • Tidak menekuni Hobi

Bahkan, aku tidak tahu apa hobiku. Seingatku, hobiku dulu menggambar. Aku suka menggambar sejak TK bahkan ketika SMP aku membuat diary berbentuk komik. Namun semuanya aku hentikan setelah aku tahu ada hadits yang tidak memperbolehkan menggambar. Aku diberi tahu guru lesku yang berjilbab besar itu. Lekas setelah diberi tahu, aku search di google dengan hasil yang membuatku deg-deg an.


“Orang yang menggambar gambar-gambar ini (gambar makhluk bernyawa), akan diadzab di hari kiamat, dan akan dikatakan kepada mereka: ‘Hidupkanlah apa yang kalian buat ini’” (HR. Bukhari dan Muslim).


 Oke, pupus sudah hobiku untuk menggambar. Tanpa babibu aku langsung mengurungkan niat melanjutkan ke sekolah menggambar.

Beranjak dewasa, ternyata aku belum terlalu paham tentang cara surfing yang baik dan benar di Google. Aku belum terlalu paham agama, kalau banyak pendapat yang memperbolehkan menggambar dengan syarat-syarat tertentu.

Pembelajaran besar untuk ku agar senantiasa berfikir kritis sebelum menilai sesuatu, mengamalkannya apalagi dalam memberitahu ilmu ke orang lain.


Pencarian hobiku terhenti karena aku terlalu sok menyibukkan diri di dunia organisasi dan komunitas sampai tidak mengurus keinginan hati dan pikiran.

Di usia yang sekarang sebenarnya terlambat untuk mencari dan menekuni hobi, karena itu bisa dilakukan di umur yang jauh lebih muda dariku.

Tapi, menjadi orang yang lebih baik tidak perlu kembali ke masa lalu untuk berubah. Cukup menyadari dan berbenah sekarang. Karena perjalanan menuju masa depan masih panjang.


Hobi itu banyak manfaatnya dan penting untuk ditekuni. Dari artikel laman Kettering University, Manfaat menekuni hobi itu diantaranya :

a.      Meningkatkan energi bersamaan dengan meningkatnya detak jantung dan fungsi otak

b.      Menjaga kesehatan mental dan emosional karena mampu mengurangi depresi dan meningkatkan self esteem

c.      Menambah relasi dan komunitas sesama hobi

d.      Menambah melatih otak agar terus berfikir kreativ

e.      Meningkatkan rasa kepercayaan diri sehingga hidup terasa lebih berkualitas


  • Teoritis

Sebenarnya tidak salah juga menjadi seorang yang teoritis. Tapi menurutku alangkah lebih baiknya kalau diimbangi dengan menjadi eksekutor yang baik.

Terlalu banyak berfikir sebelum melakukan sesuatu, banyak pertimbangan dan asumsi yang babibu akan membuat pikiran jadi berat dan kacau.

Alhasil diam ditempat.


Alangkah lebih baiknya jika meminta pendapat dan belajar dari orang yang lebih berpengalaman atau yang biasa kita sebut mentor.

Mentor mempunyai teori dan pengalaman sebagai eksekutor yang handal. Sayangnya sampai saat ini pun aku belum mempunyai mentor yang bisa membimbingku dan mengajariku banyak hal karena kesalahanku di point 3 di bawah ini.


  • Idealisme seorang Fresh Graduate

Setelah lulus, aku ingin belajar banyak hal terkait dunia luar. Banyak bertanya ke rekan-rekanku yang sudah merasakan dunia pekerjaan. Katanya karyawan tidak semuanya baik. Ada yang sikut-sikut an, bermain di belakang, muka dua, penjilat, dan lainya yang aku dengarkan semua dengan seksama.

Setelah lulus aku merasakan kepolosan seorang fresh graduate yang ingin belajar banyak hal hingga tersadar bekerja tidak hanya belajar saja yang dikejar.

Suatu hari aku tidak terlalu mengambil banyak pusing ketika insentif tidak cair, tidak terlalu berambisi untuk mencari materi. Padahal hal lain yang dicari dalam pekerjaan adalah materi. Polos sekali.

Ditambah lagi aku dengan sengajanya menargetkan masuk ke perusahaan kecil karena aku harap, aku bisa banyak belajar dan berevaluasi disana.

Tapi ternyata salah.

Kembali lagi ke point 2, aku tidak punya mentor. Karena perusahaan kecil dan belum tersistem jadinya tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Bahkan saat itu pihak pengelola juga kelimpungan mencari ide yang kreativ.


Apa yang di harapkan dari ide seorang fresh graduate ?

Hey bung, pelaut yang handal datang dari lautan yang ganas


Semoga dari pengalamanku ini tidak membenarkan apa yang salah, karena semua tampak terlihat abu-abu saat itu.


  • Tidak menekuni minimal 1 skill

Dunia setelah lulus akan tampak ganas bagi orang-orang yang tidak mempunyai skill. Setidaknya, jika kita mempunyai skill kita bisa menjadi seorang freelancer atau jadi orang bermanfaat untuk orang lain.

Skill yang selalu dilatih akan menajam dengan sendirinya. Because they say “Quantity makes Quality” dan aku setuju.

Dengan kita menekuni skills, kita mampu menang berkompetisi di dunia profesional dengan baik. Dunia setelah lulus adalah dunia orang-orang profesional yang saling berkompetisi untuk mencapai titik yang tak terbatas. Kompetisi adalah keniscayaan.

Ketika kita mempunyai jiwa kompetitif, dunia pekerjaan akan tampak lebih menyenangkan, menantang, dan bermakna. Apalagi jika berkompetisi di bidang yang kita sukai.

Suatu kebanggaan tersendiri ketika mencapai titik tertentu dengan cara yang halal dan baik.


Sebenarnya, dari 4 point diatas saling berkesinambungan.


Hobi yang tidak ditekuni akan sulit menjadi skills profesional. Bisa otodidak, namun alangkah lebih cepat dan terarahnya jika mempunyai mentor yang bisa mengarahkan ke tujuan yang benar. Mentor pun tidak hanya membantu mengembangkan hobi saja, namun juga menebar semangat dan membantu mengarahkan menuju tujuan hidup.

Apalagi jika tidak banyak mengetahui dunia luar seperti apa dan sibuk dengan asumsi sendiri, lama kelamaan akan termakan dengan pikiran abu-abu.


Walaupun aku belum mempunyai mentor, tapi aku sering mendengar cerita dari teman-teman yang mempunyai.

Hey, betapa beruntungnya dirimu. Jangan sampai kesempatan terbuang dengan sia-sia.

Jika aku mempunyai mentor, aku harap bisa lebih dan lebih berkembang lagi.

Sembari mencari mentor, alangkah lebih baiknya kalau diimbangi dengan mempertajam skill dan hobi.

Apa bahan bakar semangatnya ? Jangan Teoritis.






Sumber :

https://muslim.or.id/26684-hukum-menggambar-makhluk-bernyawa.html

https://muslim.or.id/55328-kupas-tuntas-hukum-gambar-makhluk-bernyawa-bag-1.html

https://online.kettering.edu/news/2019/04/15/why-hobbies-are-important


 

Share:

Popular Posts

Friends

About Me

My photo
Surakarta, Mid Java, Indonesia

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Menjadi Wanita Merdeka 4.0 dengan Menulis

Categories