be different be YOUnique

Friday 27 March 2020

Korelasi Antara Pikiran dan Persepsi

Apa yang membedakan manusia satu dan manusia lainnya ?



Pikiran

Pikiran memulai kita untuk mengambil setiap keputusan dalam hidup. Entah itu pikiran sadar maupun tidak sadar. Sebagaimana ketika kita merasakan lapar. Pikiran tidak sadar terjadi ketika lambung tidak ada bahan makanan yang bisa di cerna, lalu dari lambung mengirim sinyal sinyal ke otak. Dari otak, menerjemahkan dengan rasa lapar. Disinilah pikiran tidak sadar terjadi. Lalu, dimanakah pikiran sadar? Tentunya ketika kita menentukan mau mengisi organ lambung kita dengan makanan apa yang enak, mengenyangkan, dan bagaimana cara makan makanan tersebut.

Persepsi

Seseorang yang menerjemahkan pikiran orang lain disebut Persepsi. Persepsi didapat dari melihat pikiran orang lain yang direfleksikan melalui tingkah laku dan perkataan. Sebagai contoh, kita bisa lihat dari individu yang sedang lapar itu tadi. Suatu malam, individu tersebut dalam keadaan sangat lapar katakanlah karena belum makan sejak pagi hari. Karena pengambilan keputusan orang yang sedang lapar itu adalah makan, maka orang itu mengajak salah satu temannya untuk makan malam. Individu yang lapar tersebut memakan dengan lahapnya yang memunculkan persepsi pada temannya kalau dia sedang kelaparan tanpa orang yang sedang makan itu mengatakan kalau dia sedang lapar. Nah, inilah persepsi.

Setiap individu  akan menerjemahkan persepsi yang berbeda pula. Salah persepsi ini akan menunjukkan kesalahpahaman bahkan perselisihan. Kesalahpahaman yang negatif adalah awal mula perselisihan. Coba kita lihat contoh yang lebih kompleks. Suatu ketika, ada seorang teman yang suka mengkritik temannya yang lain. Ada 2 persepsi yang akan ditangkap teman yang sedang dikritik ini, yang satu adalah dia merasa di hargai karena dia berpikiran orang yang mengkritik ingin dia menjadi pribadi yang lebih baik. Namun, bisa juga ber presepsi kalau orang yang dikritik ini merasa dibenci oleh orang yang suka mengkritik. Karena dia merasa di hakimi dan diatur oleh orang lain.

Namun, pernahkah kita menelaah sebenarnya apa saja faktor yang menyebabkan persepsi negatif dan positif ini? Mari kita ulas faktor-faktornya.

  • Pikiran, Sebagaimana yang kita tahu, persepsi seseorang di tangkap dari suatu individu yang mempunyai pikiran. Pikiran yang positif akan menghasilkan persepsi yang positif, sama halnya dengan pikiran yang negatif akan menghasilkan persepsi yang negatif. Semua ini terletak pada pengontrolan pikiran. Seseorang bisa saja berpikiran positif maupun negatif tergantung cara kita mengontrol pikiran dengan logis. 

  • Mood, adalah pikiran bawah sadar. Ketika mood seseorang dalam kondisi yang baik, seseorang cenderung untuk berpikiran positif. Sebagai contoh, seseorang yang sedang jatuh cinta. Orang tersebut akan selalu berfikiran positif tentang pasangannya, entah apapun sifat dan tingkah laku pasangannya. 

Begitu pun sebaliknya, ketika orang dalam keadaan mood yang jelek entah karena hari itu sedang sial, atau keadaan sedang lelah, orang itu akan cenderung mempunyai pikiran yang negatif dan tidak jernih sehingga rentan berpersepsi negatif kepada lingkungan sekitarnya.

Sudah cukup jelas bukan, pentingnya berpersepsi positif agar tidak terjadi kesalahpahaman?

Persepsi ini tidak bisa di dapat kalau kita tidak melakukan kontak sosial kepada orang lain. Dan setiap kontak sosial dengan orang lain, pastinya kita ingin membuat kontak sosial yang positif bukan?

Lalu, apa saja yang bisa membuat kita berpikiran dan berpersepsi yang positif?
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Beberapa diantaranya bisa dibentuk sedari dini.

  • Didikan Orang Tua, sangat berpengaruh terhadap pikiran positif dan negatif anaknya. Sebagai contoh, orang tua yang selalu memberikan nilai-nilai tidak pantang menyerah sedari kecil kepada anaknya. Hasilnya, anak tersebut akan menjadi pribadi yang optimis dan berpikiran positif dalam memandang sesuatu. Beda pula ketika orang tua selalu menakuti anaknya agar menghindari sesuatu. Anak tersebut akan menjadi pribadi yang penakut dan selalu melihat resiko yang akan terjadi tanpa memikirkan solusinya.
    Ketika kita sudah menjadi orang tua, kita bisa mendidik dengan memperhatikan sebab akibatnya juga demi kesuksesan anak kelak. Namun, bagaimana jika sudah terlanjur memberikan didikan yang menyebabkan sang anak menjadi berpikiran negatif? Mari kita bahas di point selanjutnya.

  • Sugesti, adalah pikiran sadar yang ditanamkan sehingga menjadi pikiran tidak sadar. Ketika individu sedang terlihat berpikiran negatif, harus di sadari juga dan merubah pikiran kalau semua akan berjalan positif. Karena ketika kita berpikiran positif, secara tidak sadar pikiran akan mencari solusi suatu masalah, seberat apapun masalah tersebut.


Jadi, sudah siapkah anda berpikiran positif dengan segala resiko positifnya ?


Share:

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Friends

About Me

My photo
Surakarta, Mid Java, Indonesia

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Menjadi Wanita Merdeka 4.0 dengan Menulis

Categories